Cinta atau Nafsu Pada Rupiah

Kami tinggal di kampung yang berada dipinggiran Kabupaten Bogor yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten, dan ibu kota kecamatan kami tepat berbatasan langsung dengan kota depok. Bagi kami rupiah adalah segalanya, rupiah adalah urat nadi kehidupan kami, rupiah mewakili dari segala keinginan dan cita-cita. Dengan mendapatkan rupiah seakan semua keinginan selalu berada dekat dengan kami.

Mendapatkan rupiah tentunya bukan sekedar mencari uang untuk makan tapi jauh dari pada itu untuk meningkatkan kesejahteraan kami. Orang-orang di desa kami mayoritas bekerja sebagai bruh pabrik di daerah JABODETABEK, maklum jakarta bagi kami itu tempat yang bisa ditatap dari bukit kapur yang berada di ujung desa. Jakarta, bogor, depok, Tangerang dan bekasi bukanlah halangan bagi kami untuk mengumpulkan rupiah. Satu sampai tiga jam perjalanan yang ditempuh setiap hari pagi dan sore bahkan sampai larut mlam itu hal yang biasa karena rasa cinta pada rupiah.

Kami rela menghabiskan waktu dijalan demi mengumulkan rupiah, tidak sedikit satu diantara kami harus berkorban waktu, tenaga, fikiran bahkan nyawa mennjadi taruhan dlam perjalanan kota yang sangar. Memang kampung kami orang lebih senang bekerja di kota daripada bekerja dikampung yang sulit menghasilkan pundi-pundi rupiah, ini realita bagi kami sebagai pemuda yang tidak mampu lagi mengolah sumberdaya alam dan belum mampu meningkatkan sumber daya manusia.

Banyak yang putus asa dalam mencari rupiah dengan cara yang benar, jang heran jika dikampungkami sering terjadi kejahatan seperti pencurian kendaraan bermotor, copet bahkan penjambret yang terang-terangan dengan leluasa merampas tas pengendara motor. Ini bukan omong kosong setidaknya dalam dua bulan terakhir sudah tiga kali kejadian penjambretan di jalan raya yang berada dalam wilayah kampung ini. Entah apa yang difikirkan orang-orang tentang rupiah dikampung kami. Entah ini cinta rupiah, atau nafsu dalam mencari rupiah.

Posting Komentar

0 Komentar