Es Melon Cokelat

Es Melon Coklat

Waktu itu sabtu pagi sekitar Pukul 07:00 WIB., saya seperti biasa berangkat untuk bekerja, ditengah perjalanan saya melihat kakek tua yang menyoren tas berwarna coklat tua yang terlihat lusuh di pinggang kanannya dan tangan kirinya memegang lonceng berwarna kuning kecoklatan dengan gagang terbuat daei kayu. langkahnya sangat lambat karena terlihat raut wajahnya si kakek sudah tidak muda lagi mungkin usianya kalau saya mengira diatas 75 tahun. Setiap kali melangkahkan kakinya semua tubuhnya terlihat bergetar hebat mungkin sudah tidak seharusnya dia mengangkat bebasn yang seberati itu karena diameter kotak coklatnya cukup besar sekitar 80 centimeter persegi. Saya sengaja memelankan tarikan gas motor agar bisa melihat lebih jelas apa yang dibawa si kakek itu, tiba-tiba "dek esmelon coklat" ucap si kakek menawarkan jualannya. "Oh ternyata es melon" dalam hati saya. Setelah tau itubes melon saya melanjutkan perjalanan karena rasa penasaran saya sudah terjawab. Ingin rasanya memborong semua dagangan si kakek tapi saya ingat dikantong cuma ada uang Rp.  10.000 itupun cadangan untuk membeli bensin karena jarum merah dispidometer motor saya sudah tepat di Huruf E.

Hari seninnya saya berangkat kerja seperti biasanya lewat perempatan ciseeng dan mengarah ke Jl.  H.  Mawi, seperti biasanya saya berangkat dengan mengendarai motor bebek berwarna hitam, sambil berbisik dalam hati awas ya jangan bocor nih ban kalau sampe bocor bahaya nih duit cuma Ceban (10.000). Tiba-tiba dari jarak sekitar 15-20 meter saya melihat ada sebuah mobil yang berhenti tepat di depan sebuah konter handphone dan accesories yang cukup besar.  Fikir saya kenapa mobil berhenti di depan konter dan mengambil sebagian badan jalan dan ketika lebih dekat dengan mobil saya melihat si kakek penjual Es melon yang kemarin saya lihat.

Kaget saya melihat pintu jendela kiri depan terbuka dan menyodorkan beberapa uang lembaran pecahan Seratus Ribu.  Tidak tahu apa yang dibicarakan antara pengendara dan penjual es melon,  setelah itu saya melihat si kakek menyodorkan beberapa tusuk es melon kepada pengendara mobil tersebut. Karena terlalu mempergatiakn kejadian itu saya baru sadar ketika mobil didepan saya berjalan ternyata saya berenti di pinggir jalan dengan sepatu kiri menginjak tanah becek di pinggir jalan raya. ("Waduh gimana ini" sambil mengangkat kaki ke bustep motor.) Tanpa tau yang sebenarnya terjadi saya berbicara dalam hati baiknya orang itu udah kaya tidak sombong dan mau berbagi dengan si kakek penjual es melon cokelat. "itukan tukang es melon cokelat yang kemarin" (fikir saya) sambil memperhatikan kedepan.

Sambil melanjutkan perjalanan saya melihat si kakek sedang memegang tas kecil berwana hitam dan si kakek terlihat gembora mendongakan kepalanya keatas sambil tersenyum kecil. Melihat kejadian itu ditengah perjalanan kenapa saya ga bisa berbagi kebaikan dengan kakek itu andai saja saya punya uang saya pasti sudah memborong dagangan si kakek. Tidak hentinya berbicara dalam hati sambil berkata masyaAllah Rezeki sudah ada yang mengatur, mungkin rezeki si kakek belom dititipkan melalui saya hari ini. Ingin rasanya Seperti pengendara mobil tersebut yang dapat menebar kebaikan. Besok mudah-mudahan saya diberikan titipan rezeki untuk sekedar membeli 1 es melon cokelat dari si kakek.